top of page

Matthias Cooper/Pexels.com

Selain berpengaruh pada kesehatan fisik, ternyata kesehatan mental menjadi salah satu dampak yang mengancam kesehatan orang banyak selama pandemi. Banyak yang tidak sadar akan aspek tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, menurut WHO, sehat didefinisikan sebagai suatu keadaan sejahtera yang tidak hanya meliputi fisik, tetapi juga mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Maka secara analogi, kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari gangguan, namun lebih kepada perasaan yang sehat, sejahtera dan bahagia (well-being).


Sesuai dengan penjelasan sehat dari WHO, Kang Ferry Fibriandani (Chairman and Founder Remedi Indonesia) dan Mbak Lasya (Co-founder and CEO The Hatch Indonesia), pada pembahasan IG Live #WhatTheHatch pada 23 September 2020 di akun instagram @thehatch.id dengan tema well-being wednesday mengulas tips-tips menarik yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menerapkan kehidupan yang well-being.

Bagi Kang Ferry, well being adalah keselarasan hidup yang memiliki lima aspek yaitu happy, healthy (sehat mental maupun fisik), wealthy (sejahtera dan berkecukupan), meaningfull life dan wise (bijak). Jika kita memenuhi kelima aspek tersebut sebagai parameter dalam keselarasan jiwa, maka kita akan lebih memahami hidup yang akan mendapatkan empowerment dalam kehidupan.


Ternyata, menurut survey yang diadakan oleh Rumah Remedi pada bulan maret-april, stress yang dialami oleh kebanyakan pekerja di daerah JABODETABEK disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, sebanyak 44% menjawab stress dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, contohnya mendapatkan tekanan atau tuntutan pekerjaan. Faktor kedua, dengan jumlah 29% dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kemacetan, adanya pandemi, dll. Terakhir, sebanyak 27% menjawab stress disebabkan oleh faktor personal atau hubungan sosial (keluarga, kekasih, dan teman).


Tidak hanya stress, rasa cemas juga sering hadir dalam kehidupan kita sehari-hari. Kecemasan tidak melulu identik dengan hubungan antar pasangan, tetapi kecemasan juga bisa dirasakan saat kita merasakan hal-hal yang tidak pasti dalam pekerjaan maupun akademis.

Tetapi tenang, kang Ferry dan mbak Lasya pada instagram live #WhatTheHatch memberikan beberapa cara yang bisa kita terapkan untuk mengatasi perasaan tersebut.


1. Mengubah Persepsi

Startup Stock Photos/Pexels.com

Ternyata, saat suatu peristiwa terjadi atau saat kita melakukan interaksi satu sama lain, sebuah survey mengatakan bahwa sebesar 10% kehadiran seseorang dalam suatu ruangan memberikan dampak pada diri kita (stress), sedangkan sisanya 90% stress disebabkan oleh persepsi kita sendiri. Karena persepsi negatif akan mempengaruhi dan memberikan dampak negatif yang besar saat melakukan interaksi satu sama lain. Maka dari itu, ubahlah persepsi kita menjadi lebih positif dan lebih baik agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.


2. Mengelola Nafas

VisionPic.net/Pexels.com

Salah satu teknik mengolah nafas yang dapat dilakukan dengan mudah yaitu teknik 4–7–8. Caranya menarik napas dalam-dalam dengan 4 hitungan, menahan napas dengan 7 hitungan dan menghela napas dengan 8 hitungan. Teknik ini akan mempengaruhi detak jantung kita, dimana detak jantung akan menurun, sehingga akan mempengaruhi frekuensi otak yang akan mengurangi perasaan khawatir atau sedih. Teknik 4–7–8 juga dipercaya dapat memberikan ketenangan bagi sistem saraf secara alami.


3. Melakukan Meditasi

Andrea Piacquadio/pexels.com

Kebanyakan orang beranggapan bahwa meditasi merupakan aktivitas yang dilakukan dalam keadaan yang hening, tanpa gangguan, seperti yoga. Ternyata, meditasi bisa dilakukan saat melakukan aktivitas sehari-hari, asalkan aktivitas tersebut memang kita suka dan enjoy dalam melakukannya. Menurut kang Ferry meditasi dibagi menjadi dua, yaitu meditasi statis dan meditasi dinamis. Contohnya saja, jika seseorang hobi masak, hal tersebut bisa dikatakan sebagai meditasi, karena memiliki sifat dinamis dan kita hadir secara fisik maupun batin dalam melaksanakan kegiatan tersebut tanpa ada pikiran-pikiran lain.


4. Dua Puluh Satu Hari Kedamaian Hati

Roman Bozhko/Pexels.com

Menurut kang Ferry dalam ig live @thehatch.id, membangun habits atau kebiasaan positif dapat dilakukan dengan waktu 21 hari, asalkan pada waktu dan tempat yang sama. Jadi, jika kita ingin melakukan kebiasaan yang ber impact baik seperti mengolah nafas untuk mengurangi stress, kita dapat aplikasikan hal tersebut dengan waktu 21 hari untuk menghasilkan kebiasaan di hari-hari berikutnya. Untuk mengaplikasikan metode ini, Rumah Remedi memberikan podcast yang bisa kita aplikasikan langsung melalui link berikut


https://open.spotify.com/episode/3SiILJB0tN452DrCXVVKur?si=sZO9hqmyR8O2l1zhDcd4vQ


5. Identifikasi Perasaan

Christian Erfurt/unsplash.com

Untuk mengurangi rasa cemas, stress maupun depresi, langkah dasar yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang membuat kita merasakan hal tersebut. Dengan menyadari dan mengidentifikasi perasaan, kita akan lebih mudah mencari solusi untuk mengurangi perasaan-perasaan negatif dalam diri.


6. Menerapkan “HAPPY”

Antonino Visalli/unsplash.com

Happy menurut Kang Ferry memiliki kepanjangan yang berarti H yaitu Hadirkan Bahagia, A yaitu Apresiasi semua hal yang kecil yang hadir dalam hidup, P yaitu Practice, self love and mindfulness, P yaitu Pikiran yang memberdayakan (reframing) dan Y yaitu You’re already perfect what it is.

3 views0 comments

Fri Apr 09 2021

Well-being Wednesday with The Hatch Indonesia

bottom of page